Sabtu, 17 April 2010

Wisata Ekologi Banten (Solear)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terjadinya Pemanasan Global ( Global Warming ) dewasa ini akibat dari tingginya perambahan hutan dan alih fungsi hutan yang dilakukan oleh ulah manusia yang tidak pernah memikirkan akibatnya dimasa yang akan datang. Indonesia yang dulu dikenal sebagai salah satu negara yang dijuluki MEGADIVERSiTY yang memiliki hutan tropis terbesar dunia ke tiga setelah Brazil, kini dijuluki sebagai perambah hutan terbesar dunia.

Hutan dalam kehidupan umat manusia Indonesia dimasa lalu merupakan hal yang sangat sakral yang harus dipelihara dengan baik. Seperti halnya dalam kehidupan nenek moyang masyarakat Banten dimasa lampau yang senantiasa memelihara dan menjaga kelestarian hutan dari perambahan dan pengalihan fungsi hutan menjadi daerah pemukiman, perindustrian maupun pertanian.

Aspek pelestarian hutan lebih tercermin pada masyarakat tradisional ketimbang masyarakat industri yang cenderung mengeksploitasi hutan secara massal. Masyarakat tradisional memiliki pemikiran yang sederhana mampu mewujudkan pelestarian hutan sebagai lahan konservasi alam dengan kearifannya terhadap keberlangsungan mahluk hidup lainnya selain dirinya yang ada di bumi.

Dengan keyakinannya akan mitos dan kepercayaannya tentang hutan dengan segala keanekaragamannya, masyarakat tradisional mampu meng- implementasikan pelestarian hutan dengan baik dan lestari. Bila dibandingkan dengan masyarakat industri yang mengklaim dirinya sebagai masyarakat modern hanya mampu mengekploitasi hutan untuk kepentingan hidupnya tanpa mempertimbangkan resiko terhadap kehidupan dan penghidupan makhluk hidup didalamnya serta dampaknya terhadap kehidupan manusia dimasa mendatang.

Hutan bukanlah perkebunan dan bukan lahan pertanian, hutan diartikan oleh masyarakat tradisional sebagai kawasan yang banyak ditumbuhi berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan yang secara alamiah tumbuh dan berkembang dengan tidak adanya pengrusakan yang dilakukan oleh tangan – tangan manusia.

Hutan atau disebut dengan “ LEUWEUNG ” ( sebutan masyarakat Banten ), dibagi menjadi Enam bagian, yaitu Leuweng Larangan ( Hutan Larangan ), Leuweng Kampung ( Hutan Kampung ), Leuweng Cocomplokan ( Hutan Kecil ), Leuweng Titipan ( Hutan Titipan ), Leuweng Cai ( Hutan Sepadan Sungai ) dan Leweung Pasisir ( Hutan Pantai termasuk Hutan Mangrove ).

Hutan Larangan merupakan kawasan hutan yang sangat luas, ditumbuhi oleh berbagai tumbuhan yang bervariasi tanpa campur tangan manusia dalam pengaturan dan penataan tumbuhannya, namun hidup dan berkembang secara alamiah. Didalam hutan larangan ini secara alami pula hidup berbagai macam jenis hewan yang memiliki kepentingan untuk mempertahankan hidup mengembangbiakkan keturunannya dengan pasokan kebutuhan makanan dan tempat tinggal yang tersedia di hutan tersebut dengan ekosistem yang sangat stabil.

Dalam hal tersebut, manusia tidak diperkenankan mengambil sebagian dan atau seluruh hasil dari hutan larangan kecuali mengambil madu dan tanaman obat secukupnya bila diperlukan. Ciri dari hutan larangan yang paling mudah dikenali di bandingkan dengan hutan pada umumnya, adalah tidak adanya jalan untuk dilalui, didalamnya terdapat beranekaragam tumbuhan yang usianya relatife tua dengan diameter batangnya mencapai 1 – 2 meter dan ketinggiannya mencapai 30 – 60 meter. Salah satu hutan larangan di Indonesia adalah terdapat di Provinsi Banten, yang berada di wilayah gunung Kendeng yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Halimun yang terletak diantara kabupaten Lebak Provinsi Banten dan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Kawasan ini dikenal oleh masyarakat Banten sebagi punggung bumi ( Sanghyang Pundak ).

Hutan Titipan, merupakan hutan diluar hutan larangan yang berdasarkan keyakinan masyarakat adat telah dititipkan oleh nenek moyangnya secara turun menurun untuk tetap dijaga keutuhan dan kelestariannya karena sangat menentukan bagi stabilitas ekosistem didalamnya.

Seperti halnya hutan larangan, hutan titipan juga tumbuh dan berkembang secara alamiah. Larangan – larangan masyarakaat pada hutan titipan diantaranya adalah tidak diperkenankannya siapapun yang masuk kedalam hutan titipan membawa / mengambil tumbuhan maupun hewan serta potensi sumber daya alam yang ada, lebih – lebih mengekploitasi untuk alasan apapun.

Beberapa hutan titipan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Gunung Paniga, terletak di kabupaten Lebak - Banten

2. GunungTalaga Sumur Tujuh, terletak di kabupaten Lebak - Banten

3. Gunung Bolangit, terletak di gunung Bolangit kabupaten Lebak - Banten

4. Gunung Bongkok, terletak di kabupaten Lebak - Banten

5. Gunung Karang, terletak di kabupaten Pandeglang – Banten

6. Gunung Baduy, terletak di kabupaten Lebak - Banten

7. Gunung Paniga, terletak di kabupaten Lebak - Banten

8. Gunung Kiara Lawang, terletak di kabupaten Lebak – Banten

9. Gunung Leuwi Cala, terletak di kabupaten Lebak - Banten

10. Gunung Taraan, terletak di kabupaten Lebak – Banten

11. Gunung Pangsalakan, terletak di kabupaten Lebak - Banten

12. Gunung Cigaru, terletak di kabupaten Lebak - Banten

13. Gunung Cibongkok, terletak di kabupaten Lebak - Banten

14. Gunung Cicatang, terletak di kabupaten Lebak - Banten

15. Gunung Cihalang, terletak di kabupaten Lebak - Banten

16. Gunung Bodaan, terletak di kabupaten Lebak - Banten

17. Gunung Pasir Ipis, terletak di kabupaten Lebak - Banten

18. Gunung Karohel, terletak di kabupaten Lebak - Banten

19. Gunung Cicangklung, terletak di kabupaten Lebak - Banten

20. Gunung Sarokhokod, terletak di kabupaten Lebak - Banten

21. Gunung Howe, terletak di kabupaten Lebak - Banten

22. Gunung Cangkored, terletak di kabupaten Lebak - Banten

23. Gunung Singersik, terletak di kabupaten Lebak - Banten

24. Gunung Julang, terletak di kabupaten Lebak - Banten

25. Gunung Cibepeng, terletak di kabupaten Lebak - Banten

26. Gunung Mambiru, terletak di kabupaten Lebak - Banten

27. Gunung Hanjuang, terletak di kabupaten Lebak - Banten

28. Gunung Pasir Angin, terletak di kabupaten Lebak – Banten

29. Gunung Mangseri, terletak di kabupaten Lebak - Banten

30. Gunung Pasir Gembong, terletak di kabupaten Lebak - Banten

31. Gunung Panyerangan, terletak di kabupaten Lebak - Banten

32. Gunung Pangenganan, terletak di kabupaten Lebak - Banten

33. Gunung Kanengai, terletak di kabupaten Lebak - Banten

34. Gunung Pasir Jatake, terletak di kabupaten Lebak - Banten

35. Gunung Gedongan, terletak di kabupaten Lebak - Banten

36. Gunung Batu, terletak di kabupaten Lebak - Banten

37. Gunung Sanggiling, terletak di kabupaten Lebak - Banten

38. Gunung Manglid, terletak di kabupaten Lebak - Banten

39. Gunung Cangkore, terletak di kabupaten Lebak - Banten

40. Gunung Lunjuk, terletak di kabupaten Lebak - Banten

41. Gunung Cicongkok, terletak di kabupaten Lebak - Banten

42. Gunung Pasir Tangkil, terletak di kabupaten Lebak - Banten

43. Gunung Cikeusik, terletak di kabupaten Lebak - Banten

44. Gunung Beusi, terletak di kabupaten Lebak - Banten

45. Gunung Paneang, terletak di kabupaten Lebak - Banten

46. Gunung Bunyur, terletak di kabupaten Lebak - Banten

47. Gunung Andalusa, terletak di kabupaten Lebak - Banten

48. Gunung Curug Gumaheng, terletak di kabupaten Lebak - Banten

49. Gunung Pasir Seuhang, terletak di kabupaten Lebak - Banten

50. Gunung Lemo, terletak di kabupaten Lebak – Banten

51. Gunung Pasir Pilar, terletak di kabupaten Lebak - Banten

52. Gunung Leutik, terletak di kabupaten Lebak - Banten

53. Gunung Parigi, terletak di kabupaten Lebak – Banten

54. Gunung Cikadu, terletak di kabupaten Lebak - Banten

55. Gunung Krakatau, terletak di kabupaten Pandeglang - Banten

56. Gunung Aseupan, terletak di kabupaten Pandeglang – Banten

57. Gunung Pulosari, terletak di kabupaten Pandeglang – Banten

58. Ujung Kulon, terletak di kabupaten Pandeglang - Banten

59. Gunung Gede, terletak di kabupaten Bogor - Jawa Barat

60. Gunung Salak, terletak di kabupaten Sukabumi – Jawa Barat

61. Gunung Tangkuban Perahu, terletak di kabupaten Bandung - Jawa Barat

62. Gunung Papandayan, terletak di kabupaten Garut – Jawa Barat dsb

63. Gunung Malang – Serang Banten

64. Gunung Gedor – Serang Banten

65. Gunung Pinang – Serang Banten

66. Gunung Tarung Bu’ut di kabupaten - Lebak

67. Gunung Santri di Serang - Banten

68. Gunung Semeru

Gambar 1 : Salah satu Toponim Hutan di Provinsi Banten

Hutan Pesisir, yaitu hutan sepadan pantai yang berfungsi sebagai pengendali abrasi daratan yang diakibatkan oleh gelombang pasang air laut. Banten memiliki hutan pesisir yang luas, yangi membentang dari pantai selatan Samudera Indonesia berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat melintasi pantai selat sunda hingga pantai utara di Laut Jawa berbatasan dengan DKI Jakarta.

Kondisi hutan pesisir dimasa lampau jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan dimasa sekarang. Hal ini disebabkan daerah pantai kebanyakan dijadikan sebagai pusat bisnis, akomodasi, restaurant, pemukiman dan tambak ikan serta sentra Industri dan pergudangan.

Keadaan hutan bakau pada masa lampau yang banyak dijumpai dan membentang sepanjang wilayah pesisir pantai di provinsi Banten, saat ini nyaris punah dan sangat memprihatinkan kondisinya. Dampak dari hal tersebut diatas menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah, karena berkurangnya air pada permukaan tanah.

Berkurangnya air permukaan tanah yang disebabkan tertutupnya permukaan tanah oleh bangunan – bangunan permanen yang menghambat penyerapan air hujan kedalam tanah. Selain hal tersebut disebabkan juga oleh hilangnya tumbuhan hydro-orologi yang berperan menyimpan air ( reservoir ) manakala hujan dan mengeluarkan air manakala terjadi kemarau panjang.

Hutan Daerah Aliran Sungai, yaitu hamparan tumbuhan hydro-orologi yang ada di sepanjang sisi sungai berfungsi sebagai penahan meluapnya air dan abrasi tanah disaat banjir serta berfungsi sebagai pendistribusi air sungai disaat musim kemarau.

Kondisi terkini yang kita temui hampir disepanjang aliran sungai terdapat pemukiman, pabrik – pabrik dan penambangan pasir yang menyebabkan debit air sungai menjadi kering disaat musim kemarau dan banjir disaat musim penghujan. Selain hal tersebut diatas tidak sedikit kita jumpai aliran sungai dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah rumah tangga dan limbah industri, sehingga menyebabkan pencemaran air sungai yang berbahaya bagi manusia dan mahluk hidup lainnya.

Hutan Cocomplokan, yaitu hutan mini yang umumnya tersebar di kawasan lahan pertanian dan perkebunan rakyat. Hutan ini di dominasi jenis tumbuhan hidro-orologi dan di dukung oleh beberapa tumbuhan jenis kayu cepat tumbuh ( Fast Growth ). Hutan tersebut dikenal secara umum oleh masyarakat Banten dengan sebutan hutan cocomplokan atau hutan mini yang luasnya meliputi 4 sampai dengan 30 hektar.

Hutan ini berfungsi sebagai sumber mata air dan pengatur udara ( Climate Regulator ) serta berguna untuk menjaga keseburan tanah disekitar lahan pertanian dan perkebunan rakyat. Hutan ini banyak ditemui di Provinsi Banten, baik dilahan pertanian berupa ladang maupun persawahan serta di lahan perkebunan rakyat.

Hutan Solear merupakan contoh konkrit hutan cocomplokan atau salah satu hutan tropis mini yang masih terjaga dengan baik dan lestari sebagai buah tangan masyarakat Banten dimasa lampau. Kearifan masyarakat Solear terhadap hutan tersebut sangat membantu pencegahan hilangnya hutan tropis di Indonesia dimasa kini dan mendatang.

Hutan Solear tidak banyak dikenal oleh masyarakat Banten khususnya, maupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Dalam buku ini akan dipaparkan secara detail tentang hutan Solear dengan segala potensi yang ada didalamnya, serta daya tariknya yang akan memikat kita untuk mengetahui lebih banyak lagi.

B. Maksud dan Tujuan

Disusunnya buku ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang keberadaan hutan Solear, sekaligus sebagai salah satu bahan pengetahuan tentang hutan tropis Indonesia yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.

Sedangkan tujuan dari buku ini adalah sebagai berikut ;

1. Tersedianya informasi yang akurat tentang hutan Solear yang perlu dijaga dan dilestarikan serta di eksplorasi

2. Memaparkan tentang potensi hutan Solear dan harapan eksplorasi hutan dimasa mendatang

3. Menjadikan Hutan Solear sebagai salah satu obyek dan daya tarik wisata Banten yang bernuansa Ekotourism yang berkelanjutan ( Sustainable Ecotourism ).

4. Menjadikan Hutan Solear sebagai pusat penelitian dan pengkajian tentang keanegaragaman Flora dan Fauna bagi pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum di wilayah kabupaten Tangerang - Banten

C. Pengertian dan Istilah

SOLEAR berasal dari kata SOLEH dan LEAR. SOLEH adalah Orang yang ta’at dalam menjalankan perintah agama, sedangkan LEAR adalah Area satu bidang tanah yang lapang tempat bermain, Istilah SOLEAR berasal dari bahasa Sunda Buhun ( Tua ) yang artinya tempat bermainnya orang – orang Soleh. Solear dikenal sebagai tempat bermainnnya para santri dan masyarakat sekitar, karena tempatnya yang asri dan nyaman tanpa adanya unsur kemaksiatan yang dilarang dalam agama.

D. Batasan Pembahasan

Dalam tulisan ini hanya memuat tentang keberadaan hutan Solear, sejarah dan potensi ekologi yang ada didalamnya termasuk legenda dan cerita rakyat tentang Solear. Dalam pembahasan tentang hutan Solear penulis mengkorelasikannya dengan keberadaan hutan tropis yang ada di Provinsi Banten, yakni dilihat dari kesamaan jenis Flora dan Fauna yang umumnya terdapat didalamnya sebagai ciri dan karakteristik hutan Cocomplokan.

BAB II

L O K A S I

A. Letak Geografis

Solear terletak di wilayah administratif Kabupaten Tangerang, yakni salah satu kabupaten di Provinsi Banten, terletak di desa Solear kecamatan Solear - Kabupaten Tangerang. Secara geografis kabupaten Tangerang terletak di antara 1060 37’ 00’ Bujur Timur dan 060 22’ 00’ Lintang Selatan, berbatasan dengan kabupaten Bogor Jawa Barat di sebelah selatan, Laut Jawa di sebelah utara, DKI Jakarta disebelah timur dan kabupaten Serang disebelah barat.

Sedangkan desa Solear secara geografis berada pada posisi 060 15’ 00’ LU, 060 22’ 30’ LS, 1060 22’ 30’ BB, 1060 30’ 00’ BT, Bujur Timur di batasi oleh desa Pesanggrahan dan Bantar Panjang Jalan raya Cisoka Taman Adiyaksa, disebelah selatan Desa Cirende dan Desa Cikuya dengan Sungai Cidurian ( batas pemisah Kabupaten Serang dengan Kabupaten Tangerang ) di sebelah barat Kampung Kamarang, Kramat Kopo dan Konar Lebak, kecamatan Kopo Kabupaten Serang. Dan di sebelah Utara di batasi dengan desa Carenang, Desa Cempaka dan Desa Sukatani, kecamatan Cisoka Kabupaten Tangerang.

Hutan Cocomplokan Solear bersebelahan dengan hutan cocomplokan Kramat Konar Kecamatan Kopo Kabupaten Serang yang dipisahkan oleh aliran sungai Cidurian. Jalan menunju Kramat Konar hanya bisa ditempuh dari Kramat Solear dengan menyebrangi sungai dan tidak ada jalan alternatif yang lebih dekat.

Walaupun demikian, untuk menuju ke Kramat Konar dari Kramat Solear dapat ditempuh dengan berjalan kaki menyeberangi sungai pada saat musim kemarau melalui bebatuan yang tampak ke permukaan.

Gambar 2 : Peta Wilayah Kramat Solear.

B. Topografi

Sebagian wilayah Desa Solear merupakan tanah datar dengan hamparan tumbuhannya yang hijau dan gelombang tanah yang halus dengan kemiringan lereng 0 sampai dengan 15 %, di wilayah tertentu ada beberapa yang curam. Kondisi fisik tanah seperti ini merupakan lahan yang cocok untuk dijadikan lahan persawahan, kebun rakyat, hutan rakyat dan pemukiman dengan di dukung Irigasi yang memadai dan sumber air yang mencukupi.

Jenis tanah pada sebagian besar wilayah Desa Solear merupakan jenis tanah Podsolik. Jenis tanah ini sangat baik untuk tumbuhan buah-buahan, Umbi-umbian dan kacang-kacangan. Tanah di Solear akan lebih subur bila serasah ( dedaunan ) tebal tertutup vegetasi yang menyatu dengan unsur tanah.

Gambar 3 : Hutan Kramat Solear dengan Aliran Sungai Cidurian

Di wilayah Solear terdapat aliran sungai Cidurian yang cukup besar dan sangat penting bagi kehidupan masyarakat sepanjang daerah aliran sungai ( DAS ) yang di laluinya, demikian halnya kehidupan flora dan fauna di hutan Solear, hulu Sungai Cidurian berasal dari wilayah selatan daerah pegunungan Salak Bogor yang mengalir ke utara melalui kecamatan Maja kabupaten Lebak, kecamatan Kopo kabupaten Serang hingga kecamatan Solear, Jayanti, Kresek sampai ke muara di pesisir Pantai Utara, kecamatan Mekar baru dan kecamatan Keronjo kabupaten Tangerang.

C. Perkampungan

Solear adalah salah satu desa dari 360 desa di Kabupaten Tangerang yang terletak di kecamatan Solear dari 36 kecamatan yang ada di kabupaten Tangerang. Desa Solear terdiri dari 16 Kampung dan 4 dusun dengan jumlah penduduk 8312 jiwa, terdiri dari jumlah penduduk laki – laki 4189 jiwa dan perempuan 4123 jiwa, dengan 2042 kepala keluarga, berdasarkan data tahun 2007.

16 Kampung yang ada di desa Solear meliputi Kampung Solear Hilir, Kampung Tangkele, Kampung Solear, Kampung Pasirhiang Tugu, Kampung Solear Girang, Kampung Pasir Jaelan, Kampung Baru / Talang, . Kampung Sinarmaga, Kampung Rancabalung, Kampung Siegeung Leuwi, Kampung Sukamanah, Kampung Siegeung Legok, Kampung Barengkok, Kampung Pesanggrahan, Kampung Malang Nengah dan Kampung Jalul.

Hutan Solear terletak di kampung Solear Kramat dengan luas areal hutan 4,2 ha. Kampung Solear Kramat berbatasan dengan kampung Konar Lebak dan kampung Kamarang, kecamatan Kopo kabupaten Serang yang di batasi sungai Cidurian. Di sebelah utara adalah perkampungan penduduk dan kebun rakyat, sedangkan diwilayah timur dan barat hutan Solear adalah persawahan dan rumah penduduk.

Gambar 4 : Toponim Hutan Kramat Solear

D. Mata Pencaharian Penduduk

Desa Solear memiliki luas wilayah 474,5 Hektare ( Ha.) yang meliputi hamparan tanah darat terbuka , sawah, perkebunan rakyat, perladangan dan pemukiman penduduk. dengan ketinggian 30 meter diatas permukaan air laut ( dpl ), curah hujan rata – rata 2300 mm.

Penduduk Solear menetap berkelompok di Kampung - kampung yang agak berjauhan satu dengan lainnya, desa Solear sebelumnya masuk dalam kecamatan Cisoka, sekarang setelah terjadi pemekaran, masuk kewilayah pemerintahan kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Desa Solear terletak sekitar 35 kilometer dari Tigaraksa Kabupaten Tangerang, atau sekitar 47 kilometer dari Jakarta

Sebagian besar mata pencaharian dari masyarakat Solear adalah bercocok tanam dan ada beberapa diantaranya yang melakukan perdagangan ke kota Jakarta dan Tangerang. Pada saat musim paceklik sebagian masyarakat Solear mencari nafkah ke kota Tangerang atau Jakarta untuk melakukan perdagangan atau bekerja pada sektor informal, dalam mengisi kekosongan di musim tersebut.

Seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tangerang ada sebagian masyarakat bekerja pada sektor industri dan sebagian lagi menjadi pegawai pemerintah daerah atau tenaga pengajar ( guru sekolah ).

E. Route Perjalanan ke Solear

Akses jalan menuju lokasi relatif mudah dengan kondisi jalan menuju Desa Solear relative baik apabila di tempuh dari Jakarta dan Tangerang, untuk menuju kawasan Wisata Solear dapat di tempuh dengan menggunakan angkutan umum berupa :

1. Bus jurusan Kalideres ( Jakarta ) – Balaraja, dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan mini bus atau angkutan kota jurusan Taman Adiyaksa turun diperumahan Taman Kirana, selanjutnya perjalanan di teruskan dengan menggunakan Ojek motor menuju Kawasan wisata kramat Solear.

2. Bus jurusan Kalideres ( Jakarta ) – Serang turun di Balaraja, dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan mini bus atau angkutan kota jurusan Taman Adiyaksa turun diperumahan Taman Kirana, selanjutnya perjalanan di teruskan dengan menggunakan Ojek motor menuju kawasan Wisata kramat Solear.

3. Bus ¾ jurusan Kalideres ( Jakarta) - Taman Adiyaksa turun diperumahan Taman Kirana, selanjutnya perjalanan di teruskan dengan menggunakan Ojek Motor menuju Kawasan Wisata kramat Solear

4. Bus Jurusan Merak - Kalideres (Jakarta ), turun di Balaraja dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan mini bus atau angkutan kota jurusan Taman Adiyaksa turun di perumahan Taman Kirana, selanjutnya perjalanan di teruskan dengan menggunakan Ojek motor menuju Kawasan Wisata kramat Solear.

5. Bus Jurusan Rangkasbitung – Kalideres ( Jakarta ), turun di Balaraja dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan mini bus atau angkutan kota jurusan Taman Adiyaksa turun di perumahan Taman Kirana, selanjutnya perjalanan di teruskan dengan menggunakan Ojek motor menuju Kawasan Wisata kramat Solear ( Route tersebut bisa di tempuh dengan kisaran waktu 1.5 s/d. 2 jam ).

6. Selain dengan bus, bisa juga menggunakan kereta api baik dari arah Jakarta / Tangerang atau dari arah Serang / Rangkasbitung, berhenti di Stasiun Taman Adiyaksa Tigaraksa, selanjutnya perjalanan di teruskan dengan menggunakan angkutan umum jurusan Balaraja turun di Perumahan Taman Kirana.

BAB III

SEJARAH SOLEAR

A. Asal Usul Hutan Solear

Kampung Solear di kenal sebagai tempat perziarahan, sehingga wilayah hutan Solear lebih di kenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan Kramat Solear. Padahal selain makam yang ada di wilayah tersebut tidak kalah menariknya ada di lahan 4,2 Hektar ( Ha ) yang ditumbuhi tanaman hutan yang beraneka ragam dengan tutupan vegetasinya yang rapat. Selain kehidupan flora yang mendukung disana terdapat juga beberapa jenis fauna diantaranya Monyet ekor panjang ( Macaca fascicularis ) yang tinggal dan mendominasi hutan Solear.

Sejarah dan asal usul hutan Solear ada sejak dulu, bahkan di mungkinkan lebih tua dari padepokan Syech Mas Masad yang berada di hutan tersebut. Pendapat ini di kuatkan oleh A. Durrahman dan Samsudin ( sebagai pengurus makam Keramat Solear ) dan di dukung juga dengan bukti yang ada, yaitu adanya beberapa jenis tumbuhan hutan yang tumbuh menjulang dengan ketinggian sampai 50 meter dengan diameter batang 70 Cm. Jenis tumbuhan dimaksud adalah Bayur dengan nama lain Cayur, masuk dalam katagori tumbuhan lambat tumbuh ( Slow Growt ).

Gambar 5 : Pohon Bayur ( Pterospermum javanicum JUNG )

B. Primata Solear

Monyet ekor panjang ( Macaca fascicularis ) merupakan jenis monyet yang mempunyai panjang ekor lebih kurang sama dengan panjang tubuhnya, yaitu diukur dari kepala hingga ujung tubuhnya. Panjang tubuhnya berkisar antara 385 mm - 648 mm. Panjang ekor pada jantan dan betina dewasa antara 400 mm. - 655 mm.

Berat tubuh jantan dewasa berkisar antara 3,5 kg – 8 kg dan betina beratnya berkisar 3 kg, warna tubuhnya bervariasi mulai dari abu – abu sampai kecoklatan dengan bagian ventralnya berwarna putih. Anak dari primata yang baru lahir umumnya berwarna kehitaman. Masa kehamilan dari primata jenis ini berkisar antara 153 hari - 179 hari dengan melahirkan hanya 1 ( satu ) ekor saja per 13 bulannya.

Monyet ekor panjang sering di gunakan dalam percobaan Biomedik, karena di dalam tubuhnya sering di temukan anti bodi untuk virus jenis – jenis tertentu.

Gambar 6 : Monyet ekor panjang ( Macaca fascicularis )

Habitat Monyet ekor panjang umumnya hidup pada hutan Primer dan Skunder, baik di hutan dataran rendah maupun di hutan dataran tinggi dengan ketinggian di bawah 1000 meter di atas permukaan air laut ( dpl ).

Monyet ekor panjang adalah pemakan segala makanan ( Omnivora ), yaitu 60 % dari makanan yang di makan adalah buah – buahan selebihnya berupa ; bunga, daun muda, biji – bijian dan umbi. Monyet jenis ini yang hidup di hutan bakau sering dijumpai memakan kepiting atau jenis moluska lainnya, sehingga primata ini dikenal dengan julukan ” Scrab eating macacue ”

Gambar 7 : Prilaku Monyet Ekor Panjang Selalu Ingin Tahu

Perilaku dari binatang ini hidup berkelompok, yakni mereka yang hidup di daerah hutan pantai atau bakau berkisar antara 10 ekor - 20 ekor per kelompok. Sedangkan yang hidup dan tinggal di hutan Primer berkisar antara 20 ekor – 30 ekor perkelompok dan yang hidup dan tinggal di daerah hutan skunder berkisar antara 30 ekor – 50 ekor perkelompoknya.

Primata yang hidup dan tinggal di Sangeh - Bali kelompoknya lebih besar, yakni mencapai 200 ekor perkelompok, demikian pula halnya di solear Tangerang perkelompoknya mencapai 150 ekor. Macaca fasecularis pada umumnya di klasifikasikan sebagai Quadropedal dengan kategori binatang yang berjalan dengan menggunakan 4 ( empat ) anggota badannya, selain itu pada umumnya binatang ini dapat memanjat dan melompat ( leaping ) sampai dengan jarak 5 meter.

Jenis monyet ini bisa berenang di sungai dan jelajah hariannya dalam mencari makan dapat mencapai lebih dari 1500 meter. Di daerah hutan primer dan skunder daerah jelajahnya bervariasi mulai dari 10 ha – 80 ha, sedangkan di hutan bakau atau pantai bisa mencapai 125 ha.

Primata jenis ini diklasifikasikan dalam kelompok diurnal, karena dalam melakukan kegiatannya di siang hari, yaitu mulai matahari terbit sampai dengan matahari terbenam. Monyet ini juga merupakan hama, karena dapat merusak tanaman yang ada disekitarnya.

Gambar 8 : Monyet Ekor Panjang Hidup Berkelompok

Selain jenis primata ekor panjang di atas kita mengenal banyak jenis primata, yaitu sebagai berikut :

NAMA DAERAH

NAMA LATIN

SUKU

Kukang Jawa

Nyeticebus javanicus

Javan Slow Laris

Kukang

Nyeticebus caucang

Slow Laris

Tangkasi

Tarsius spectrum

Spectral Tarsier

Tangkasi Gunung

Tarsius pumilus

Lasser Tarsier

Tangkasi Kerdil

Tarsius dianae

Diana Tarsier

Tangkasi Sangir

Tarsius sangirensis

Sangire Tarsier

Singapuar

Tarsius bancanus

Waestern Tarsier

Monyet Ekor Panjang

Macaca fasicularis

Long – Tail Macaque

Beruk

Macaca Nemestrina

Pig – Tail Macaque

Beruk Mentawai

Macaca pagensis

Mentawai Macaque

Dare

Macaca maura

Moor Macaque

Yaki

Macaca nigra

Celebes Black Macaque

Dihe

Macaca nigrescens

Gorontalo Macaque

Dige

Macaca hecki

Heck’s Macaque

Boti

Macaca tonkeana

Tenkean Macaque

Hada

Macaca ochreata

Booted Macaque

Endoke

Macaca brunnescens

Buton Macaque

Fonti

Macaca togeanus

Togean Macaque

Rekrekan

Presbytis fredericeae

Javan Fuscans Leaf Monkey

Nokah

Presbytis sianensis

Pale-Thighed Leaf Monkey

Surili

Presbytis comata

Grizzled Leaf Monkey

Rekah

Presbytis femoralis

Banded Leaf Monkey

Lutung Dahi Putih

Presbytis frontata

White Fronted Leaf Monkey

Simpai

Presbytis melalopes

Mitred Leaf Monkey

Joja

Presbytis potenziani

Mentawai Leaf Monkey

Kelasi

Presbytis rubicunda

Maroon Leaf Monkey

Kedih

Presbytis thomasi

Thoma’s Leaf Monkey

Lutung Banggat

Presbytis hosei

Hoss Leaf Monkey

Lutung Budeg

Trachypithecus auratus

Ebony Leaf Moog

Lutung Hitam

Trachypithecus villosus

Griffith Silver Leaf Monkey

Bekantan

Nasalis larvatus

Proboscis Monkey

Sima Kobu

Hylobates concolor

PigTail–Snub–Nosel Monkey

Owa Jawa

Hylobates molock

Silvery Javan Gibbon

Ungko

Hylobates agilis

Agile Gibbon or Black

Ungko Lengan Putih

Hylobates lar

White – Handed Gibbon

Kelawat

Hylobates mouleri

Muller’ sor Borneon Gibbon

Siamang Kerdil

Hylobates klossii

Kloss Gibbon

Siamang

Symphalapsus syndactylus

Siamang

Orang Utan

Pongo pygmaes

Orang Utan

Mawas

Pongo abelii

Sumatran Orang Utan

C. Makam Syech Mas Masad

Makam Syech Mas Masad diperkirakan ada sejak abad XVI, yakni ada pada masa kesulthanan Banten. Syeh Mas Masad adalah salah satu tokoh agama Islam yang melakukan syiar di wilayah Banten bagian tenggara, tepatnya didaerah Soelar dan sekitar.

Syech Mas Masad adalah keluarga dari Mas Jong dan Agus Jo ( Panglima Kerajaan Padjadjaran pada masa Pucuk Umun ) yang kemudian memeluk agama Islam dan menjadi salah satu ulama yang berperan dalam meluruskan akidah dan akhlak masyarakat Banten.

Gambar 9 : Makam Syeh Mas Masad

D. Legenda Primata di Solear

Primata yang ada di keramat Solear adalah perwujudan dari salah satu santri Syech Mas Masad yang tertangkap basah ketika mengambil buah – buahan milik orang lain tanpa ijin, kemudian santri tersebut di hukum oleh Syech. Namun karena perilakunya tidak berubah kendatipun telah dihukum, sehingga Syech marah dan melontarkan kata “ MONYET SIA ”, Sesaat kemudian Santri itu berubah menjadi Monyet.

Dengan segala penyesalan yang amat sangat mendalam atas lontaran kata yang tidak lazim di ucapkan, akhirnya Syech Mas Masad memelihara monyet tersebut sebagai hewan kesayangannya. Mengingat Primata tersebut adalah hewan piaran Syech Mas Masad, sebagai perwujudan santri nakal yang menjadi monyet, maka masyarakat solear sangat menjaga dan melindunginya, karena masyarakat Solear mempunyai kearifan tradisional yang tinggi dan kepeduliannya terhadap lingkungan wilayah hutan Solear, Primata tersebut berkembang dan beranak-pinak dengan baik hingga sekarang jumlahnya hingga saat ini sudah mencapai + 640 ekor itu.

Menurut keterangan dari para tokoh masyarakat Solear keberadaan Primata yang ada di Solear sudah lama sekali, Primata tersebut sudah ada sejak Syech Mas Masad.

Gambar 9 : Santri Nakal Yang diyakini Berubah Menjadi Primata

BAB IV

POTENSI EKOLOGI

A. Populasi Primata Solear

Populasi primata di hutan Solear berdasarkan data penelitian tahun 2005 yang dilakukan oleh Kelompok Kerja Pemerhati Lingkungan ( KKPL ) berjumlah + 480 ekor yang berada di daerah Solear Kramat dan + 160 ekor berada di daerah Konar Labak, Kecamatan Kopo Serang.

Dari populasi tersebut terbagi kedalam 4 kelompok primata dan wilayah kekuasaannya, yakni 1 kelompok diwilayah utara, 1 kelompok diwilayah timur, 1 kelompok diwilayah selatan dan 1 kelompok lainnya diwilayah barat. Masing – masing kelompok dari populasi primata tersebut dipimpin oleh salah satu pemimpin primata yang berjenis kelamin jantan. Dari seluruh kelompok tersebut terdapat raja primata yang menguasai seluruh wilayah tersebut.

Rata – rata pertumbahan populasi dari primata di Solear berkisar antara 1 – 5 % pertahun dan tingkat kematian populasi lebih kecil dari pertambahan Jenis populasi atau dibawah 3 % pertahun. Perikiraan jumlah populasi primata Solear hingga tahun 2010 diperkirakan betambah lebih banyak.

Gambar 10 : Interaksi Primata dengan Pengunjung

B. Jenis Flora di Wilayah Hutan Solear

Tumbuhan di hutan Solear didominasi oleh tumbuhan Bayur ( Pterospermum javanicum ). Selain tumbuhan Bayur, juga terdapat berbagai tumbuhan yang mendukung keberadaan hutan Solear, yang terdiri dari + 120 jenis tumbuhan hutan tropis dataran rendah yang lazimnya ada di hutan – hutan di Provinsi Banten lainnya.

Dari sekian banyak jenis tumbuhan yang ada di hutan solear tersebut diatas, terdiri dari beberapa kelompok jenis tumbuhan Kayu ( pohon tinggi ) yang terdiri dari jenis tumbuhan lambat tumbuh ( Slow Growth ) dan jenis tumbuhan cepat tumbuh ( Fast Growth ), Jenis tumbuhan Perdu ( pohon sedang ), Jenis tumbuhan rambat ( arey ) dan Jenis tumbuhan ( rumput – rumputan ).

Adapun tumbuhan – tumbuhan yang ada di Hutan Solear adalah sebagai berikut :

1. Bayur / Cayur

Merupakan jenis tumbuhan tingkat tinggi yang memiliki nama latinnya Pterospermum javanicum, termasuk suku STERCULIACEAE dari bangsa Pterospermum. Tumbuhan ini termasuk kedalam jenis tumbuhan lambat tumbuh ( Slow Growth ). Bentuk pohon besar dan dikenal dengan tumbuhan raksasa rimba. Tinggi pohon hingga 50 M, dengan diameter batang 80 sampai dengan 100 Cm. Tumbuhan ini bisa tumbuh pada ketinggian 100 - 1400 M di atas permukaan air laut ( dpl ). Pohon ini disukai binatang burung, bajing dan primata sebagai tempat tidur dan tempat bermain.

2. Burahol / Turalak

Termasuk dalam jenis tumbuhan tinggi yang memiliki nama latinnya Stechocarpus burahol HOOK, , termasuk suku MAGNOLIACEA - ANNONACEAE dari bangsa Stechocarpus. Tumbuhan ini termasuk dalam kelompok tumbuhan lambat tumbuh (Slow Growth). Tinggi tumbuhan ini sampai 20 - 40 M, dengan diameter batang sampai 40 - 80 Cm. Tumbuh pada ketinggian 150 m hingga 300 M diatas permukaan laut ( dpl ). Tanaman ini termasuk salah satu TUMBUHAN LANGKA. Tumbuhan ini merupakan tanaman khusus Istana dimasa kesulthanan Banten, buahnya sangat enak dan disukai oleh raja dan keluarga Istana.

3. Caringin / Beringin

Termasuk dalam jenis tumbuhan yang mudah di tanam, dengan nama latinnya Ficus benyamina LINN, yakni termasuk suku MORACEAE dari bangsa Ficus. Tumbuhan ini termasuk kedalam jenis tumbuhan cepat tumbuh ( fast Growth). Tinggi pohon ini sampai 40 M, dengan diameter batang 30 cm. sampai 120 Cm. Tumbuh pada ketinggian 150 m hingga 1500 M diatas permukaan laut (dpl).Tumbuhan ini mudah di tanam, sering ditemukan di manapun, baik di tempat pemakaman umum, perkebunan, hutan dan tempat lainnya. Tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan hidrologi yang mampu menyimpan air. Pohon jenis ini berfungsi sebagai tempat tidur dan bermain monyet, bajing dan burung.

4. Gem –gem / Ambon

Termasuk dalam jenis tumbuhan yang mudah di temui yang nama latinnya Enterolobium saman PRAIN, yakni termasuk suku CONNARACEAE dari bangsa Enterolobium. Tumbuhan ini termasuk kedalam kelompok tumbuhan cepat tumbuh ( Fast Growth ) dengan mahakota daun seperti payung dan lebar. Daunnya banyak di gunakan untuk makanan ternak. Tingginya pohon ini bisa mencapai 40 m dengan diameter batang pohon 40– 100 Cm. Dapat ditanam di pekarangan rumah sebagai penyejuk.

5. Hantap

Termasuk dalam jenis tumbuhan yang susah di temui biasanya tumbuh di hutan sekunder, memiliki nama latinnya Sterculia urceolata SM, yakni termasuk suku STERCULIACEAE dari bangsa Sterculia. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada ketinggian 120 meter di atas permukaan laut ( dpl ) dan termasuk kedalam jenis tumbuhan lambat tumbuh ( Slow Growth ) tinggi pohon bisa mencapai 50 m, dengan diameter batangnya mencapai 150 cm. Habitat tumbuhan ini ada di Pulau Jawa, Madura dan Lombok.

6. Jalitri / Benteli Lalaki / Bintaos

Tumbuhan ini memiliki nama latinnya Wrigthia javanica DC, yakni termasuk suku APOCYNACEAE dari bangsa Wrigthia. Pohon ini tingginya mencapai hingga 18 meter, dengan diameter batang 40 cm. Tumbuh di bawah ketinggian 900 meter permukaan air laut ( dpl ) Menurut Boorsma ( Planten Stoffen III, Halm. 46 ) Getah dari pohon ini bisa di gunakan sebagai obat terhadap murus berdarah dan sakit mata. Termasuk kedalam jenis tumbuhan lambat tumbuh ( Slow Growth) dan biasanya tumbuh di tanah yang subur.

7. Jamblang, Jamblang Monyet, Juwet

Tumbuhan ini memiliki nama latinnya Eugenia cumini, ( Eu. Jambolana LMK. ) yakni termasuk suku MYRTACEAE dari bangsa Eugenia. Tinggi pohon mencapai 15 meter dengan diameter batang mencapai 75 Cm. Tumbuh di bawah ketinggian 500 meter diatas permukaan laut ( dpl ). Kulit kayu tanaman ini bisa di gunakan sebagai obat kencing manis dan diare. Buahnya berwarna hitam dikala sudah masak, dengan kulit buah sangat tipis. Rasanya manis dan agak kesat, namun enak di makan dan disukai juga oleh monyet.

.

8. Ki beusi / Kayu Besi

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan jarang, memiliki nama latinnya Angelesia splendens KORTH, yakni termasuk suku PRAINARIUM dari bangsa Angelesia. Tinggi pohon ini mencapai 30 sampai dengan 60 meter dengan diameter batang bisa mencapai 125 Cm. Tumbuhan ini banyak tersebar di Kalimantan dan beberapa daerah di Pulau Jawa

9. Ki ciak / Ki ciat

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan perdu, memiliki nama latinnya Ficus septica BURM, f, yakni termasuk suku MORACEAE dari suku Ficus. Tumbuhan ini dianggap sebagai tumbuhan pengganggu. Tumbuh pada ketinggian kurang atau di bawah 1200 meter di atas permukaan laut

( dpl ). Akarnya dapat di gunakan sebagai obat anti racun dan getahnya digunakan untuk penyakit kulit. Tinggi pohon mencapai 3 sampai dengan 5 meter.

10. Kiara

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan tingkat tinggi, memiliki nama latinnya Ficus indica, yakni termasuk suku MORACEAE dari bangsa Ficus. Tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan cepat tumbuh ( Fast Growth ) dan Termasuk jenis tumbuhan liar. pada waktu masih muda atau masih kecil berfungsi sebagai tumbuhan epifit dan buahnya di sukai oleh semua jenis binatang. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan hidro-orologi yang hidup di dataran rendah maupun dataran tinggi.

11. Kilanggir / Kianggir

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang susah di temui / jarang, memiliki nama latinnya Otopora spectabilis BL, yakni termasuk suku SAPINDACEAE dari bangsa Otopora. Tumbuhan ini tingginya mencapai 20 meter dan tumbuh ketinggian 500 meter di atas permukaan air laut ( dpl ). Buahnya dapat di makan dan pohonnya yang rindang dengan daunnya yang lebat, tumbuhan ini berfungsi sebagai tempat tinggal binatang seperti burung, bajing dan primata.

.

12. Karet Kebo

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan cepat tumbuh, memiliki nama latinnya Ficus elastica ROXB, yakni termasuk suku MORACEAE dari bangsa Ficus. Jenis tumbuhan ini mudah di temukan, karena daunnya yang tebal dan indah banyak penduduk menanamnya bahkan membudi dayakannya sebagai tanaman hias, tumbuhan ini tumbah liar di Sumatra dan Jawa, jenis tumbuhan ini disukai semua jenis binatang sebagai tempat bermain.

13. Kimokla ( tumbuhan ini di solear sudah punah )

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan lambat tumbuh, memiliki nama latinnya Knema glauca WARB, yakni termasuk suku MYRISTICA dari bangsa Knema. Tingginya mencapai 25 meter, dengan diameter batang sampai dengan 25 cm. Tumbuh tersebar di Nusantara pada ketinggian di bawah 1200 meter di atas permukaan air laut ( dpl ).

14. Kokosan / Pisitan

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang banyak di temui, memiliki nama latinnya Lansium domesticum COOR, yakni termasuk suku MILIACEAE dari bangsa Lansium. Tinggi pohon mencapai 35 meter, dengan diameter batang bisa mencapai 80 Cm. Buahnya seperti buah dukuh, namun rasanya asam manis. Pohon ini banyak ditanam oleh masyarakat Banten pada umumnya. Pohon ini disukai jenis binatang monyet, bajing dan burung sebagai tempat bermain.

15. Kiheulang

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan jarang, memiliki nama latinnya Sterculia macrophylla VENT, yakni termasuk suku STERCULIACEAE dari bangsa Sterculia. Pohon tingginya mencapai 5 meter dengan batang kecil. Tumbuh tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah ( Jawa Barat dan Banten sangat jarang ). Tumbuh pada ketinggian di bawah 1100 meter diatas permukaan air laut ( dpl ).

16. Kicantung / Kitempel / Cicantung

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan jarang, memiliki nama latinnya Ghoniotalamus macrophyllus HOOK, yakni termasuk suku AGNONACEAE dari bangsa Ghoniotalamus. Tumbuhan ini merupakan perdu, Tingginya mencapai 8 meter, dengan diameter batang 15 cm. Tumbuh pada ketinggian 50 meter sampai dengan 1300 meter diatas permukaan air laut ( dpl ). Manfaat dari tumbuhan ini bisa di gunakan sebagai obat demam karena typhus dan cacar.

17. Kilalayu

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan jarang, memiliki nama latinnya Arytera littoralis BL, yakni termasuk suku SAPINDACEAE dari bangsa Arytera. Tinggi pohon mencapai 8 meter, dengan diameter batang 10 cm. – 15 cm. habitatnya tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Tumbuh pada ketinggian kurang dari 1200 meter di atas permukaan laut ( dpl ).

18. Kitulang / Kisungkap / Keras Tulang.

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan jarang, memiliki nama latinnya Chloranthus afficiannalius BL, yakni termasuk suku PIPERACEAE– CHLORANTHACEAE dari bangsa Chloranthus. Termasuk kedalam jenis tumbuhan perdu yang tingginya mencapai 2,5 meter. Tumbuh liar pada ketinggian 50 m hingga 1450 meter diatas permukaan air laut ( dpl ). Manfaat daun dan akar dari tumbuhan ini di gunakan untuk pengobatan cacar, demam, lemah otot dan mengobati penyakit kelamin.

19. Sukun / Sokon / Karara

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang mudah di temui, memiliki nama latinnya Artocarpus communis FORST, yakni termasuk suku MORACEAE dari bangsa Artocarpus. Tigginya mencapai 25 meter dengan, diameter batang sampai dengan 40 cm. Tumbuh pada ketinggian di bawah 1200 meter di atas permukan air laut ( dpl ). Buahnya bulat dengan durinya yang tidak tajam, biasanya di sayur dan di goreng sebagai panganan ringan.

20. Woni / Wuni / Huni

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan buah-buahan, memiliki nama latinnya Antidesma bunius STRENG, yakni termasuk suku BACACAUREA

dari bangsa Antidesma. Tingginya mencapai 30 meter dengan diameter batang 20 sampai dengan 85 Cm. Tumbuh dan tersebar pada ketinggian 50 m sampai dengan 1400 meter di atas permukaan air laut ( dpl ). Buahnya bulat kecil pada saat masak warnanya hitam kemerah - merahan rasanya manis asam, dapat di makan sebagai panganan ringan.

21. Jeungjing

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan kayu, memiliki nama latinnya Albizzia fakata BACKER, yakni termasuk suku CONNARUS dari bangsa Albizzia. Tingginya mencapai 20 meter, dengan diameter batang 25 sampai dengan 35 cm. Tumbuh pada ketinggian 300 meter sampai dengan 2400 met er diatas permukaan air laut. Menurut De Clercq Kulit dan akar bisa digunakan sebagai obat kudis.

22. Saga

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan obat, memiliki nama latinnya Otopora spectabilis BL, yakni termasuk suku Abrus precatorius LINN dari bangsa Abrus. Termasuk dalam Jenis tumbuhan rambat dengan daun kecil - kecil, tanaman ini merupakan tanaman setengah perdu yang membelit pada batang pohon dengantinggi bisa mencapai 5 meter – 10 meter, tumbuh biasanya di tanah kering pada ketinggian 250 m – 1000 m. di atas permukaan air laut ( dpl ) di beberapa daerah tumbuhan ini banyak di budidayakan oleh penduduk. Manfaat dari daun saga berfunggsi sebbagai bahan obat-obatan tradisional untuk kesehatann atau pengendali hama padi secara alamiah bagi masyarakat Banten.

.

23. Gempol

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan jarang, memiliki nama latinnya Sarcocephalus cordatus MIQ, yakni termasuk suku RUBIACEAE dari bangsa Sarcocephalus. Tinggi pohon mencapai 35 meter, dengan diameter batang mencapai 50 cm. Tumbuh pada ketinggian kurang dari 1.300 meter di atas permukaan air laut ( dpl). Kayu dari pohon ini biasanya digunakan untuk membuat gagang pisau, gagang golok atau gagang arit.

24. Rotan

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dengan nama latinnya Korthalsia laciniosa MART, yakni termasuk suku PALMAE dari bangsa Korthalsia. Tumbuhan ini memiliki batangnya yang merambat mencapai 15 meter, dengan batang tengah bisa mencapai diameter 3 cm. – 4 cm. Batang padat serupa kayu dengan ruas – ruas yang panjangnya 20 hingga 25 cm. Batangnya biasanya digunakan untuk pembuatan perabot rumah tangga seperti, anyaman, kursi, meja dan tempat tidur.

25. Tubalaleur / Areuy Kawao

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan rambat, memiliki nama latinnya Millettia sericea W & A, yakni termasuk suku LEGUMINOSAE dari bangsa Millettia. Merupakan jenis tumbuhan Perdu yang merambat panjangnya 10 meter sampai 30 meter biasanya tumbuh di hutan dan di tepi sungai, jenis tumbuhan ini adalah salah satu jenis yang sudah langka. Kulit dan daun tumbuhan ini bermanfaat sebagai obat luar atau obat dalam ( diminum ) untuk menghilangkan lelah, lesu dan berfungsi sebagai obat cacingan, selain itu daunnya dapat diletakan dimata yang membengkak sebagai obat mata dan akar dari tumbuhan ini berguna untuk membius ikan.

26. Salam / Meselangon / Ubar Seray

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan obat, memiliki nama latinnya Eugenia polyntha WIGHT, yakni termasuk suku MYRTACEAE dari bangsa Eugenia. Tingginya mencapai 25 meter, dengan diameter batang mencapai 50 cm. Tumbuh pada ketinggian sampai 1400 meter di atas permukaan air laut ( dpl ) . Menurut “ Nyonya Kloppenburg “ apabila kulit dan daun di campur kemudian di rebus bisa di gunakan sebagai obat sakit perut

27. Kedoya

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan jarang, memiliki nama latinnya Dysoxylum caulostachyum MIQ , yakni termasuk suku MELIACEAE dari bangsa Dysoxylum. Pohon ini tingginya bisa mencapai 40 meter dengan diameter batang bisa mencapai 100 cm. s/d. 150 cm. Habitat dari tumbuhan ini terdapat di seluruh Pulau Jawa pada ketinggian kurang dari 1100 meter dari permukaan air laut (dpl ) kayunya di gunakan untuk batang korek api, buah dari pohon kedoya di sukai Monyet, bajing dan burung.

28. Katomas / Puring / Tomas

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan estetika, memiliki nama latinnya Codiacum variegatum BL, yakni termasuk suku EUPHORBIACEAE dari bangsa Codiacum. Pohon ini jenis perdu berubah – ubah, berasal dari daerah Maluku, di beberapa daerah tumbuhan ini juga bisa di temukan, di Pulau Jawa tanaman ini banyak di tanam sebagai tanaman hias. Manfaat dari tanaman ini bisa di gunakan sebagai obat cacing dan pembangkit nafsu makan

29. Bungur

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan jarang, memiliki nama latinnya Lagerstroemia speciosa PERS, yakni termasuk suku LYTHRACEAE dari bangsa Lagerstroemia. Pohon ini disebut juga sebagai Jaga Raksasa Rimba. Tingginya mencapai 60 meter, dengan diameter batang 60 – 100 Cm. Tumbuh dan berkembang di bawah ketinggian 300 meter di atas permukaan air laut ( dpl ).

30. Teureup ( Tumbuhan ini di Solear sudah tidak ada )

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan tingkat tinggi, memiliki nama latinnya Artocarpus elastica REINW, yakni termasuk suku MORACEAE dari bangsa Arthocarpus. Tumbuhan ini merupakan pohon yang tingginya sedang, dengan tinggi batangnya mulai 10 meter sampai dengan 40 meter dengan diameter batang 45 cm. sampai dengan 125 cm. tumbuh secara umum di bagian barat Indonesia. Di Pulau Jawa tumbuh pada ketinggian di bawah 1200 meter diatas permukaan air laut ( dpl ). Kayunya berguna untuk bangunan rumah, Perahu, Lesung ( penumbuk padi ). Kulit dari pohon ini di gunakan untuk tambang, tali pengikat, tas ( koja ). Daun dari tumbuhan ini bila di campur dengan nasi di gunakan sebagai obat TBC. Dan buahnya yang enak di sukai oleh semua jenis binatang.

31. Areuy Daun Kandel / Areuy / Kikandel Lalaki

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan rambat, memiliki nama latinnya Hoya coronaria BL, yakni termasuk suku ASCLEPIADACEAE dari bangsa Hoya. Jenis tumbuhan panjat, panjang tanaman ini mencapai 4 atau 5 meter yang tumbuh dalam semak – semak, getah dari tumbuhan ini agak pahit bila mengkonsumsinya bisa mengakibatkan muntah – muntah. Salah satu jenis tumbuhan obat yang sangat bermanfat

32. Pongporang

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang mudah di temui terutama di daerah hutan sekunder atau hutan primer , memiliki nama latinnya Oroxylum indicum, yakni termasuk suku SCORPHULARIACEAE - BINONIACEAE dari bangsa Oroxylum. Jenis tumbuhan ini batangnya kebanyakan bengkok, tingginya 9 meter sampai dengan 12 meter, dengan diameter batang 15 cm. sampai dengan 25 cm. di Pulau Jawa tumbuh terpencar pada ketinggian di bawah 800 meter diatas permukaan air laut ( dpl ). Batang dari pohon kayu ini di gunakan untuk korek api, kulit dari batang kayu ini dapat digunakan untuk penyakit lambung ( maag ) dan menambah nafsu makan dan akar pohon ini bersama obat lain dapat di gunakan untuk mengobati penyakit Impotent

33. :Bisoro

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang mudah di temui , memiliki nama latinnya Ficus hispida, yakni termasuk suku LINN MORACEAE dari bangsa Ficus. Tumbuhan ini merupakan jenis pohon yang tingginya 15 meter s/d. 17 meter dengan diameter batang 40 cm. jenis tumbuhan ini dapat tumbuh dimana – mana, tumbuhnya tidak berkelompok tapi sering ditemukan dalam jumlah besar. Buah dari tumbuhan ini disukai binatang monyet, bajing dan lutung.

34. Cengkudu / Mengkudu

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan obat, memiliki nama latinnya Morinda citrifolia L, yakni dari bangsa Morinda. Tumbuhan ini tingginya mencapai 10 meter dengan diameter batang 5 cm sampai dengan 12 cm. Mengkudu berkhasiat untuk penambah kekuatan tulang, pembersih darah, peluruh kencing, peluruh haid, pelembut kulit, obat batuk dan obat cacing. Karena buah mengkudu mengandung xeronin, proxeronin, proxeronase, damnacanthal, nordamnacanthal, asam amino, mineral ( magnesium, besi, fosfat ) dan zat lainnya. selain berfungsi sebagai obat daunnya dapat di gunakan untuk sayuran, khususnya untuk dibuat urap setelah direbus yang campur dengan ampas kelapa.

35. Ki belut, Paku Hatta Beas, Paku Hatta Leutik

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan rambat, memiliki nama latinnya Lygodium scades SWARTZ, yakni termasuk suku FILICES dari bangsa Lygodium. Tumbuhan semak yang melilit, tingginya sampai 3 meter panjangnya bisa mencapai 10 meter. Tersebar di daerah trofika dari dunia lama. Di Jawa Barat dan Banten Tumbuh pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan air laut ( dpl ), di tanah yang lembab dan rawa – rawa.

36. Rinu / Kemukus

Tumbuhan ini Termasuk dalam keluarga sirih, memiliki nama latinnya Piper cubeba LINN yakni termasuk suku PIPERACEAE dari bangsa Piper. Jenis tumbuhan rambat, dengan batangnya yang kuat , daunnya berselang – seling atau tersebar bertangkai, biasanya tumbuh di hutan skunder dan hutan tua di dataran tinggi, dengan ciri utama berbuah kecil – kecil mirip dengan lada.

37. Lontar / Pohon Siwalan

Tumbuhan yang memiliki nama latinnya Borassus flebellifer LINN, yakni termasuk suku PALMAE dari bangsa Borassus. Tumbuhan sejenis palm, kira – kira setinggi pohon nyiur 15 meter, akarnya dikatakan berbisa ( mengandung racun ).

38. Kemunding Badak / Kemuning

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang banyak di temui sebagai tanaman hias, memiliki nama latinnya Murraya panicullata JACK , yakni termasuk suku RUTACEAE dari bangsa Murraya. Jenis pohon belukar atau pohon yang sangat rendah, tingginya 2 sampai dengan 5 meter. Pohon ini tumbuh di Jawa Tengah, Jawa Timur pada ketinggian kurang dari 400 meter diatas permukaan air laut ( dpl ). Kayunya digunakan untuk perabot rumah tangga, tongkat dan sarung senjata ( golok, pedang, pisau dll ), daunnya digunakan untuk obat keputihan dan menstruasi tidak teratur.

39. Hanjuang Hejo / Jingkang

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang mudah di temui, memiliki nama latinnya Pleomele angustifolia NE, yakni termasuk suku . BROWN dari bangsa PLEOMELE. Jenis tumbuhan perdu dengan batang kecil tegak tinggi pohon ini bisa mencapai 2 meter sampai dengan 8 meter, bila berumur tua kadang bercabang. Tumbuhan ini banyak tersebar di Nusantara, di beberapa daerah banyak di tanam di sekitar pekarangan rumah. Hanjuang diyakini oleh masyarakat sebagai tumbuhan pertama di muka bumi dan dapat hidup secara marginal.

40. Palem Kawung

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang mudah di temui dan mempunyai nilai ekonomi tinggi, memiliki nama latinnya Arenga Pinnata MERR., yakni termasuk suku PALMAE dari bangsa Arenga. Tumbuhan ini tingginya bisa mencapai 25 meter, batang tegak dengan diameter batang 25 cm. sampai dengan 40 cm. Daun yang muda dari pohon ini di gunakan untuk kawung ( pembungkus rokok ) dari kupasan daunnya di gunakan untuk sapu lidi. Injuknya yang hitam sebagai bahan untuk membuat tambang atau sapu Injuk, buah dari pohon aren bisa dimakan setelah di olah / kupas menjadi kolang – kaling dan Nira dari aren bisa di buat gula merah.

41. Gebang / Saray Kipas

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang mudah di temui dan banyak di tanam sebagai tanaman hias, memiliki nama latinnya Corypha utan LAMK, yakni termasuk suku CYPERACEAE - PALMAE dari bangsa Corypha. Jenis tumbuhan perdu Tumbuhan ini sejenis Palm dengan batang sedang, tinggi 10 meter sampai 20 meter dan pada puncaknya berbentuk kipas berbentuk panjang. Tumbuhan ini banyak di dapati di dataran rendah dan bukit – bukit rendah

42. Jukut Lumpuy / Kajar – kajar

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang mudah di temui dan dapat tumbuh liar , memiliki nama latinnya Colocsia giganter HOOK, f, yakni termasuk suku ARACEAE dari bangsa Colocsia. Jenis tumbuhan terna yang tumbuh lebih tegak, banyak tumbuh di alam liar di daerah – daerah bukit dan pegunungan, di tempat - tempat yang rindang dan tanah lembab, tersebar di seluruh Pulau Jawa. Tumbuhan ini mudah di temui buahnya yang bau seperti Laja Goah ( Alpina malaccensis ) itu bisa di makan sebagai sedap - sedapan atau lalapan. Menurut Van Romburgh, tumbuhan ini mengandung Asam Cianida.

43. Bambu Apus / Awi Tali.

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang mudah di temui tumbuh berkelompok dalam jumlah yang banyak, memiliki nama latinnya Gigantochloa Apus KURZ yakni termasuk suku POACEAE dari bangsa Gigantochloa . Jenis tumbuhan tegak dengan anakannya yang banyak, dengan batang tinggi menjulang 10 meter sampai dengan 20 meter, panjang dari setiap wuku ( buku ) 30 cm. sampai dengan 60 cm. dengan pelepah menyelimuti batang berujung bulat. Tumbuhan ini tersebar dan mudah di temui, tumbuh baik pada daerah - daerah dataran rendah hingga ketinggian 1500 meter sampai dengan 2000 meter di atas permukaan air laut ( dpl ). Jenis bambu ini biasanya di gunakan untuk pengikat ( tali ) digunakan untuk bangunan rumah, pagar, anyaman dll.

44. Bambu Betung / Awi Bitung

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang mudah di temui tumbuh berkelompok dalam jumlah yang banyak, memiliki nama latinnya Dendrocalamus Asper BACKER, yakni termasuk suku POACEAE dari bangsa Dendrocalamus. Merupakan Jenis tumbuhan tegak dengan anakannya yang banyak, dengan batang tinggi menjulang 10 meter sampai dengan 20 meter, diameter batang 10 cm. sampai 20 cm. panjang dari setiap wuku ( buku ) 30 cm. sampai dengan 60 cm. dengan pelepah menyelimuti batang berujung bulat. Tumbuhan ini tersebar dan mudah di temui, tumbuh baik pada daerah - daerah dataran rendah hingga ketinggian 1500 meter sampai dengan 2000 meter di atas permukaan air laut ( dpl ).

45. Bambu hitam, Awi Hiudeung

Merupakan Jenis tumbuhan perdu Jenis tumbuhan tegak dengan anakannya yang banyak, dengan batang tinggi menjulang 10 meter sampai dengan 20 meter, panjang dari setiap wuku ( buku ) 30 cm. sampai dengan 60 cm. dengan pelepah menyelimuti batang berujung bulat. Tumbuhan ini tersebar dan mudah di temui, tumbuh baik pada daerah - daerah dataran rendah hingga ketinggian 1500 meter sampai denga 2000 meter di atas permukaan air laut ( dpl ). Bambu ini biasanya digunakan untuk furniture.

46. Bambu Ater

Bambu ini memiliki batang dan daun kecil – kecil, tidak seperti bambu pada umumnya. Batang bambu ini dapat digunakan untuk Tulup ( Senjata tiup ) atau biasa digunakan untuk membuat suling. Tuak bambu ater dapat digunakan sebagai obat batuk.

47. Sente, Kaladi

Tumbuhan sente atau kaladi, memiliki nama latinnya Alocasia macrorrhiza SCHOTT, yakni termasuk suku ARACEAE dari bangsa Alocasia. Tumbuhan ini di tanam orang di seluruh Indonesia sebagai tanaman pangan dan untuk ternak, terutama di bagian Timur Inonesia karena padi di sana jarang ada, yang paling berpengalaman dalam menanam pohon ini adalah penduduk Tanibar dan Serua. Di Jawa Barat dan Banten banyak di kenal orang tumbuhan cente dengan warna hijau dan warna merah ( jenis warna merah jarang di temui orang ) Van der Burg ( dalam Geneescheer III. ) menginformasikan bahwa akar dan daunnya di iris – iris halus di gunakan sebagai obat luar untuk sakit sendi.

48. Celementre

Tumbuhan ini Termasuk tumbuhan perdu, memiliki nama latinnya Aglaia odoratissima BL, yakni termasuk suku MELIACEAE- MALPIGHIACEAE dari bangsa Aglaia. Jenis tumbuhan perdu yang pendek dan batangnya kadang bengkok, tinggi 5 meter sampai dengan 6 meter tersebar di seluruh Pulau Jawa pada ketinggian kurang dari 1300 meter diatas permukaan air luat ( dpl ). Tumbuhan ini banyak dan mudah di temui terutama di pekarangan rumah dan tempat pemakaman umum.

49. Kibeureum / kidangdeur

Jenis tumbuhan yang daunnya mirip dengan umbi kayu , memiliki nama latin Gossampinus heptaphylla BAKH, yakni termasuk suku BOMBACACEAE dari bangsa Gossampinus. Jenis tumbuhan besar dengan diameter batang 100 cm sampai dengan 200 cm. tinggi batang sampai 45 meter, batangnya tegak bagaikan tiang dan bertajuk jarang. Kayu dari batang pohon ini bermanfaat untuk bangunan rumah, kayu bakar dan untuk pembuatan batang korek api. Akarnya bermanfaat sebagai obat demam dan sariawan.

50. Darewar / Darewok

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang jarang, memiliki nama latinnya Grewia paniculata ROXB, yakni termasuk suku TILIACEAE dari bangsa Grewia. Merupakan jenis tumbuhan perdu Tumbuhan jenis ini biasanya batangnya bengkok, tinggi batangnya 15 meter sampai 17 meter dengan diameter batang 25 cm. – 40 cm. Habitat tumbuhan ini tersebar di seluruh Asia Tenggara, di Pulau Jawa tumbuh pada ketinggian 250 meter di atas permukaan air laut ( dpl ). Karena kerasnya kayu ini, di gunakan untuk gagang Kapak, gagang Cangkul dan Arang, daun dari tumbuhan ini untuk mengobati demam, mencret dan sariawan

51. Saray / Suwangkung leutik

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang mudah di temui dan di budidayakan sebagai tanaman hias, memiliki nama latinnya Caryota mitis LOUR, yakni termasuk suku PALMAE dari bangsa Caryota. Jenis tumbuhan perdu Jenis palem yang merumpun dengan batang – batang yang lajimnya setinggi 5 hingga 6 meter dengan diameter batang 10 s/d 15 cm. hidup tersebar di seluruh Indonesia. Di Pulau Jawa dapat hidup pada ketinggian di bawah 1300 meter di atas permukaan air laut ( dpl ).

52. Nangka Walanda / Sirsak Gede

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan buah yang mudah di temui, memiliki nama latinnya Annona muricata LINN, yakni dari bangsa Annonaceae. Jenis tumbuhan perdu Nangka walanda atau yang lebih di kenal Sirsak adalah merupakan tanaman kayu tingginya 5 meter – 10 meter dengan daimeter batang 5 cm. – 10 cm. Daunya berbentuk oval berselang - seling dengan warna hijau bermanfaat untuk menurunkan panas. Buah nya berwarna hijau agak lonjong kadang bulat, kulitnya kasar memiliki duri – duri lunak. Bagian dalam dari buah ini warnanya putih rasanya asem manis dengan biji keras berwarna hitam kecoklat - coklatan yang terdapat di dalam daging – daging buah.

53. Areuy Kicalung

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan rambat dengan buahnya berwarna merah dan disukai oleh beberapa jenis burung, diantaranya adalah burung gagak. Buahnya juga biasa digunakan untuk mengobati daya penciuman anjing dan daunnya digunakan untuk obat kanker, obat penurun panas.

54. Kumis Kucing

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan obat, memiliki nama latinnya Orthosiphon aristatus (BL), yakni dari bangsa Orthosiphon . Jenis tumbuhan perdu, Jenis tumbuhan ini mudah di temui, banyak di tanam di pekarangan rumah, kadang tumbuh liar di perkebunan dan ladang, tersebar di Nusantara. Daun kumis kucing berguna untuk pengobatan reumatik dan menurunkan asam urat bila di campur dengan Alang-alang ( Imperata cylindrica L ) BEAUV. Karena daun kumis kucing mengandung Orthosiphon glikosida, zat samak, minyak asiri, minyak lemak, saponin, sapofonin, garam kalium dan myoinositol.

55. Asem / Tangkal Asem

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan tingkat tinggi, memiliki nama latinnya Tamarindus indica LINN, yakni termasuk suku LEGUMINOSAE dari bangsa Tamarindus. Jenis tumbuhan perdu Jenis tumbuhan besar, batangnya biasanya bercabang, dengan diameter batang 50 cm – 150 cm. Tingginya bisa mencapai 50 meter. Daun asam mengandung sitexin, isovitexin, orientin, isoorientin dan I-malic acid buah asam di campur dengan kunyit ( Curcuma domestica ) berfungsi sebagai obat penyejuk ( panas dalam dan anti radang ). Sedangkan daunya berkhasiat sebagai penghilang nyeri ( analgesik ). Daunnya di gunakan sebagai obat luar bisa mengobati reumatik, bengkak di persendian dan keseleo.

56. Lengkuas.

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan obat, memiliki nama latinnya Alpina Calanga ( L ) WILLD, yakni dari bangsa Alpina. Tumbuhan ini mudah di temui, banyak di tanam di pekarangan rumah, kadang tumbuh liar di perkebunan & ladang, lengkuas biasa di gunakan oleh Ibu – ibu untuk bumbu dapur, selain untuk campuran bumbu dapur Lengkuas juga bisa di gunakan sebagai ramuan untuk pegal linu dan masuk angin. Karena mengandung minyak asiri +_ 1 % yang terdiri dari mestilsinamat, sineol, kamfer, d - pinen, galangin dan eugenol. Selain itu juga mengandung galangol, seskuoterpen, cadinene, hydrates hexahydrocadalene & kristal kuning.

57. Kilauk

Tumbuhan ini Termasuk jenis tumbuhan liar dengan tinggi pohon mencapai 2 meter dengan diameter batang pohon 2 sampai dengan 5 centimeter. Tumbuh dihutan dataran rendah maupun dihutan dataran tinggi. Daun Kilauk biasanya di gunakan untuk lalapan yang di kukus bersama – sama ikan asin peda. Tumbuhan ini sudah mulai jarang ditemukan pada perkebunan rakyat kecuali di hutan – hutan yang masih lebat dan jarang di jamah oleh manusia.

58. Leungsir

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan tingkat tinggi yang hidup didataran rendah hingga dataran tinggi. Merupakan jenis tumbuhan hidrologi dengan tinggi pohon mencapai 50 meter dan diameter batangnya mencapai 80 cm. Buahnya sebesar buah melinjo dengan rasanya yang manis disukai monyet, kalong dan musang. Tumbuhan ini sudah mulai jarang ditemukan, karena tinggi dan rindangnya daun, tumbuhan ini disukai oleh monyet untuk arena bermain dan tempat tidurnya.

59. Kibugang ( gak nyambung bukan fotonya)

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan tingkat rendah dengan tinggi mencapai 1,5 meter dan diameter batangnya kecil. Terdapat banyak dihutan – hutan Banten dan buahnya berwarna merah yang disukai oleh monyet dan berbagai jenis burung.

60. Kopo

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan tingkat tinggi, memiliki nama latinnya Eugenia densiflodia, yakni jenis tumbuhan hidrologi yang umumnya tumbuh di hutan sepadan sungai. Tingginya mencapai 5 meter dan buahnya enak dan disukai oleh monyet.

61. Gintung

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan tingkat tinggi, dengan tingginya mencapai 30 meter dan diameter batang hingga 50 centimeter. Buahnya bulat kecil – kecil dan rasanya manis agak kesat. Kulit kayu dari tumbuhan ini dapat digunakan sebagai pewarna kerajinan kayu.

62. Kiareng

Tumbuhan ini tingginya mencapai 7 meter dengan diameter batangnya hingga 2 meter dengan daunnya agak kecoklat – coklatan dan tidak memiliki buah, serta dapat tumbuh di manapun.

63. Eucit

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang tingginya mencapai 7 meter dengan diameter batang antara 20 sampai dengan 50 centimeter. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan marginal yang memiliki buah kecil – kecil seperti buah anak nakal dengan rasanya yang asam.

64. Nangka

Tumbuhan ini Termasuk pohon buah – buahan, memiliki nama latinnya Artocarpus integra MERR, yakni termasuk suku MORACEAE dari bangsa Artocarpus. Pohon ini banyak di kenal oleh masyarakat, tingginya 10 meter sampai 20 meter. Merupakan tumbuhan yang banyak di budidayakan, buahnya yang sudah masak warnanya kuning agak lunak dengan biji didalamnya rasanya sangat enak, sedangkan yang muda untuk di sayur dan di sukai juga oleh beberapa jenis binatang.

65. Jukut Senggugu

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan obat, memiliki nama latinnya Clerodendron serratum L. Spr, yakni dari bangsa Clerodendron. Tumbuhan ini adalah jenis tumbuhan obat, yang rasanya pahit dan pedas, serta bersifat sejuk. Adapun khasiatnya sebagai penghilang nyeri (analgesik ) karena daun senggugu mengandung kalium, natrium, al-kaloid dan flafonoid flavon.

66. Ketepeng

Tumbuhan ini merupakan perdu yang tingginya 1m. – 5 m. banyak tumbuh di Indonesia, biasa tumbuh liar pada daerah – daerah lembab pada ketinggian 1400 m. Diatas permukaan air laut ( dpl ).

67. Krokot / Gelang

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan obat, memiliki nama latinnya Fortulaea oferacea LINN, yakni termasuk suku SESUVIUM dari bangsa Fortulaea. Tumbuhan ini adalah jenis herba, biasanya tumbuh liar di kebun, ladang, halaman rumah, hutan primer dan sekunder. Tumbuhan ini berkhasiat menghilangkan nyeri ( analgesik ), antitoksik, penenang ( sedadtif ) menurunkan kadar gula darah, peluruh kencing ( diuretik ) dan menghilangkan bengkak. Karena daun krokot mengandung KCL, KSO4, KNO3, asam nikotinat, tanin, saponin, viatmin A, B, C, I-noradrenalin, noradrenalin, dopamin dan dopa. Sedangkan bagi perempuan hamil dilarang mengkonsumsi ramuan dari tumbuhan ini.

68. Sirih / Seureh / Sereh

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang mudah ditemui bahkan di budidaya, memiliki nama latinnya Piper bettle LINN ( Chavica auriculata MIQ, ), yakni dari bangsa PIPERACEAE. Jenis tumbuhan rambat, dengan batang lunak, daunnya berselang – seling atau tersebar bertangkai. Dapat tumbuh di berbagai daerah pada ketinggian 5 meter sampai dengan 200 meter di atas permukaan air laut ( dpl ). Daun sirih bermanfaat untuk mengobati hidung berdarah ( mimisan ) dengan menyumpalkan daunnya pada hidung yang sedang berdarah, atau sebagai obat sakit mata, air diteteskan melalui ujung daun sirih masuk ke mata yang sedang sakit. Selain itu juga biasa digunakan pula untuk Nyepah ( Nginang ) bagi masyarakat tertentu dengan campuran : Gambir, Pinang dan Kapur

69. Temesu / Kayu Jambu / Kayu Tulang

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan perdu, memiliki nama latinnya Kurrimia paniculata., yakni termasuk suku AQUIFOLIACEAE – CELASTRACEAE dari bangsa Kurrinia. Jenis tumbuhan yang batangnya lurus tingginya 2 meter – 5 meter . Tumbuhan ini tersebar dalam hutan tanah kering di dataran rendah. Buahnya yang asam mirip rambutan disukai oleh binatang monyet, bajing dan musang

70. Melati Hutan / Melati Leuweung

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan yang jarang, banyak tumbuh di hutan perimer atau sekunder, memiliki nama latinnya Jasminum pubescens, yakni termasuk suku OLEACEAE

dari bangsa Jasminum. Tumbuhan ini jenis perdu yang memanjat , berforma luar biasa banyaknya, panjang dari tumbuhan ini bisa mencapai 2 m – 5 m. Tumbuh pada dataran hingga pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan air laut ( dpl ).

71. Langkap

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan palem, memiliki nama latinnya Arenga obtusifolia MART , yakni termasuk suku PALMAE

dari bangsa Arenga. Jenis tumbuhan palem yang merumbei seperti pohon aren muda, dengan batang yang lurus atau miring sedikit biasanya setinggi 6 m – 8m dengan diameter batang 20 cm. Dapat tumbuh pada ketinggian di bawah 600 meter diatas permukaan air laut ( dpl ). Kayunya nya yang hitam dan berat untuk bahan pembuatan sarung senjata dan niranya lebih manis dari pohon aren.

72. Cangkuang / Harashas / Solenat

Tumbuhan ini termasuk dalam jenis tumbuhan pandan, memiliki nama latinnya Pandanus furcalus ROXB , yakni termasuk suku PANDANACEAE dari bangsa Pandanus. Jenis pohon ini bentuknya berubah – ubah, sedikit bercabang, tingginya bisa mencapai 12 meter, dapat tumbuh pada ketinggian 50 m – 1700 m di atas permukaan air laut ( dpl ). Manfaat dari daunnya bisa di buat tikar ( samak ) daun mudanya dapat di makan sebagai obat penawar bila terjadi keracunan. Tunas – tunas yang di bakar dalam api dapat di makan sebagai obat disentri dan diare. Buahnya yang berwarna merah enak di makan dan berfungsi sebagai obat.

73. Suweg

Suweg tumbuhan yang memiliki nama latin Elephant yam - Amorphophallus campanulatus BL dari bangsa morphophallus, adalah jenis tumbuhan Umbi yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan, seperti tales, umbi suweg mengandung kristal kalsium oksalat yang menimbulkan rasa gatal, senyawa ini dapat dihilangkan dengan perebusan air. Umbi suweg dapat di konsumsi setelah di goreng atau dimasak dengan menggunakan air yang di campur madu.

Tanaman ini merupakan asli daerah tropis, dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah hingga ketinggian 800 meter di atas permukaan air laut ( dpl ). Tumbuhan ini memerlukan lahan yang agak terlindung dan peka terhadap pupuk organik dan an – organik , tumbuhan suweg ada dua jenis yaitu Varitas Hortensis yang di budidaya dan Varitas Sylvertis yang tumbuh liar.

74. Kikoneng / Kunyit

Tumbuhan ini Termasuk dalam jenis tumbuhan tingkat tinggi, memiliki nama latinnya Curcuma domestica. Jenis tumbuhan terna tahunan dengan tinggi 1 meter, tumbuhan ini memiliki batang pendek , daun berumbai, pelepah daunnya membentuk batang semu. Umbi utamanya berbentuk panjang membentuk rimpang-rimpang samping yang jumlahnya banyak, pendek, tebal, lurus atau melengkung. Warna rimpang kecoklat-coklatan sedangkan bagian dalamnya berwarna kuning atau disebut koneng, rasanya agak pahit dan getir, dengan bau yang khas. Tumbuhan ini mudah di temui, banyak di tanam di pekarangan rumah, manfaat dari buahnya untuk mengobati penyakit kuning atau hepatitis.

Beberapa jenis tumbuhan lainnya adalah sebagaimana dalam gambar dibawah ini :

75. Kicalung 76. Acung 77. Kibau 78. Amis mata

79. Jampang 80. Kembang Kertas 81. Kuntrung 82.A. Kibulu

83. Palungpung 84. A. Leuksa 85. A. Ki Palupu 86. Ki Barera

87. Kakacangan 88. A. Kisungka 89. Paku Kapal 90. Paku Arupat

91. A. Kicalung 92. Ki Tajam 93.Paku Kebo 94. P. Gedebong

95. . Hinggiang 96. Tekokak 97. Jukut Wisa 98. Jukut Bau

99. Jotang K. 100. Kiretu Kkca. 101. J. Sariawan 102. J. Galingging

103. J. Ketepeng, Pr. 104. J Pungpulut 105. J. Cente 106. Waru gng.

107. Kaktus 108. Pakis 109. Ki bangkong 110. Kibugang

111. Kiroyak 112. se’el 113.Semboja 114. Tenang, teterongan

115. Babadotan

Selain jenis tumbuhan diatas, wilayah Solear yang subur banyak terdapat tumbuhan lainya yang bernilai ekonomi tinggi yang di tanam pada lahan pekebunan rakyat dan perladangan.

Beberapa jenis tanaman yang dominan diantaranya adalah :

C. Pada Lahan Kebun Rakyat.

· Pisang ( Musa Paradisiaca )

· Kelapa ( Cocos Nucifera )

· Jambu air ( Eugenia aquea )

· Jambu batu/ biji ( Psidium guanjava )

· Rambutan ( Naphelium lappaceum )

· Nangka ( Arthocarpus integra )

· Mangga ( Mangifera indica )

· Sirih ( Piper getle )

· Bambu andong ( Gifantoehloa vertiecillata )

D. Kehidupan Fauna di Solear

Kehidupan fauna selain primata ekor panjang ( Macaca Facicularis ) yang ada di hutan Solear adalah sebagai berikut :

· Biawak ( Veranus komodoesa )

· Bajing Tanah ( Lariscus insignis )

· Kalong ( Pteropus Vampyrus )

· Kura – kura ( Fronix cartilangineus )

· Burung ( Aves Sp. )

· Kupu-kupu

· Tikus

· Tokek

· Katak

· Ular

E. Kehidupan Flora Lainnya di Solear

Selain tumbuhan diatas ada beberapa jenis tumbuhan yang di tanam oleh masyarakat Solear terutama di lahan pertanian / sawah, ladang dan perkebunan, sebagai makanan pokok dan beberapa tanaman yang bernilai ekonomi tinggi.

Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :

  • Padi ( Oriza sativa )
  • Ubi manis ( Dioscoreta alata )
  • Ubi singkong / jalar ( Manihol uttilisima )
  • Kacang tanah ( Arachis hypogaega )
  • Kacang buncis ( Phaseolus vularis )
  • Kacang panjang ( Vigma sinentis )
  • Terong ( Solamanmelongenum )

§ Timun ( Cucurmis sativus LINN )

BAB VI

FAKTA DAN MASALAH HUTAN SOLEAR

A. Luas Hutan Yang Kecil

Wilayah Hutan Solear yang hanya 4,2 Hektare (Ha.). Walaupun keberadaannya sangat kecil tetapi memiliki keanekaragaman hayati yang mendekati sempurna baik flora maupun faunanya. luas hutan tersebut dari tahun ke tahun tidak mengalami penambahan, namun lebih cenderung tetap dan nyaris berkurang dari luas hutan pada mulanya. Sedangkan pertumbuhan dan pertambahan populasi primata tersebut berkembang biak seiring dengan irama waktu yang terus berjalan secara pasti.

Jumlah pertambahan populasi yang terus meningkat dari waktu ke waktu dan luasan hutan Solear yang sangat kecil menjadi sebuah dilema bagi keberlangsungan hidup primata Solear. Pertambahan populasi primata membutuhkan persediaan makanan yang memadai dan tempat tinggal yang nyaman, serta tempat bermain yang luas.

Bila kita hitung berdasarkan jumlah populasi pada tahun 2005 mencapai 540 ekor ( data riset KKPL 2005 ) dan diperkirakan pada tahun 2010 akan mencapai 700 ekor lebih, maka kebutuhan akan lahan hutan dan ketersediaan makanan meningkat sampai dengan 29.63 %. Dengan demikian estimasi kebutuhan lahan yang diperlukan 5.7 Ha hingga tahun 2010, sedangkan untuk tahun – tahun berikutnya diperlukan lahan kurang lebih sekitar 1,2 ( Hektare ) Ha. setiap tahunnya.

Gambar 12. Kerusakan Hutan Solear.

B. Ancaman Kehidupan Primata

Dengan luas hutan Solear yang terbatas sebagai tempat tinggal dan bermain serta sumber makanan yang kurang, bagi primata tersebut tidak terpenuhinya akan kebutuhan makanan, maka akan berdampak pada terancamnya kehidupan dan penghidupan primata Solear dimasa yang akan datang.

Dengan adanya kunjungan wisatawan ke hutan Solear yang membawa serta makanan untuk membantu pemenuhan kebutuhan makanan primata tersebut dapat menghambat kebiasaan buruk primata memetik tanaman padi dan buah – buahan masyarakat. Berdasarkan pengamatan yang selama ini penulis lakukan, diperoleh informasi dari masyarakat sekitar hutan Solear bahwa sebagian primata tersebut memetik tanaman padi, umbi - umbian dan buah – buahan lainnya milik masyarakat, bahkan memasuki rumah – rumah penduduk sekitarnya untuk mendapatkan makanan dan kejadian tersebut akan terus berulang.

Pada saat sepi pengunjung yang datang ke hutan Solear, kebiasaan buruk dari primata memetik tanaman dan memasuki rumah – rumah penduduk sekitar akan terjadi kembali.

Bagi masyarakat atau wisatawan yang ingin berkunjung, dihimbau untuk membawa makanan bagi primata dan mengamankan atau tidak membawa barang – barang yang nampak mudah diambil oleh primata tersebut. Ketika kita datang berkunjung ke hutan Solear biasanya kita disambut meriah oleh primata tersebut dengan harapan, kita dapat memberikan makanan untuknya.

C. Ancaman Kehidupan Masyarakat Sekitar Solear

Dengan bertambahnya populasi primata yang ada di hutan Solear dan berkurangnya daya dukung, baik tempat tinggal, tempat bermain dan kurangnya sumber makanan di area tersebut, di khawatirkan antara primata yang satu dengan yang lainnya akan terjadi kompetisi yang keras yang mengakibatkan terjadinya perkelahian, yang dampaknya akan terjadi kerusakan pada fisik mamalia tersebut, dari kerusakan itu akan timbul berbagai macam penyakit, jenis penyakit yang biasa muncul pada jenis hewan Primata diantaranya adalah ; Rabies dan infeksi yang akan menyebar pada kelompok hewan menyusui itu.

Yang lebih tragis penyakit yang di derita oleh kelompok Mamalia tersebut akan menular dan menyebar pada masyarakat di sekitar Kawasan Hutan Solear, yang pada saat-saat tertentu mamalia tersebut lapar untuk mencari makan masuk pada rumah-rumah penduduk di sekitar. Kemungkinan ke khawatiran itu bisa saja terjadi mana kala pemerintah daerah tidak mengambil langkah pencegahan, dalam hal ini Dinas Perindustrian, Pariwisata, perdagangan dan Koperasi ( Deperindagkop ) bersama instansi lain yang terkait bersama-sama melakukan pencegahan untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan yang tidak dikehendaki dalam kehidupan sosial masyarakat Solear ke depan.

.

Gambar 13. Primata yang sedang mencari makan di sawah

Gambar 14. Areal Pengembangan Hutan Solear Yang Ideal

dengan luas areal + 32 Ha ( bergaris Kuning )

BAB VII

HUTAN SOLEAR DIMASA MENDATANG

A. Rencana Perluasan Hutan

Pada tahun 2005 Kelompok Kerja Pemerhati Lingkungan ( KKPL) pada penelitianya di Kawasan Wisata Hutan Solear, memberikan masukan pada pemerintah Kabupaten Tangerang melalui Dinas Perindustrian, Pariwisata, Perdagangan dan Koperasi ( Perindagkop ). Untuk pengembangan wilayah Solear dalam rangka perluasan lahan konservasi untuk menjawab keterbatasan lahan bagi kehidupan Primata. Dimana wacana tersebut diusulkan untuk perluasan lahan Solear sekitar 30 Hektar (Ha) dengan sarana dan prasana yang memadai. rencana pengembangan itu di harapkan bisa memberikan solusi bagi masyarakat sekitar hutan yang selama ini di hadapkan pada masalah yang ditimbulkan oleh Primata Hutan Solear.

Adapun luas lahan yang 30 Hektar (Ha) meliputi areal disekitar hutan Solear disebelah selatan yang merupakan area sawah dan perkebunan yang digarap oleh masyarakat sekitar. Dilihat dari status kepemilikannya, lahan di desa Solear terdiri hak milik ( sertifikat dan girik ) dan lahan milik Negara ( Dinas Pengairan dengan luas kurang lebih 25 hektare ) yang di garap oleh penduduk masyarakat sekitar Solear.

B. Konservasi Hutan Solear

Tingkat kerusakan hutan Solear semakin tinggi dan mengancam kelestarian hidup primata dan makhluk hidup lainnya. Konservasi di hutan keramat Solear sangat di perlukan mengingat kondisi sekarang di hutan solear semakin memperihatinkan. Dengan rencana pengembangan yang akan di lakukan pemerintah Daerah, di wilayah sekitar keramat Solear yang meliputi sawah basah dan perladangan masyarakat di selatan sangat mendukung untuk upaya pelestarian dan konservasi.

Mengingat sempitnya area bermain dan jelajah serta kurangnya pasokan makanan bagi kehidupan primata di hutan kramat Solear, hendaknya Konservasi yang di lakukan adalah menanam jenis tumbuhan cepat tumbuh ( fast growt ), tumbuhan hydro-orologi dan tumbuhan buah, dimana tumbuhan – tumbuhan tersebut sangat mendukung untuk mempercepat proses pertumbuhan dan kebutuhan bagi kehidupan primata kedepan.

C. Solear Sebagai Wisata Ekologi

Untuk pengembangan kedepan, sebagai salah satu objek Wisata di Kabupaten Tangerang, Solear sangat cocok di jadikan sebagai objek Wisata Lingkungan ( Wisata Ekologi ). Mengingat di Solear banyak tumbuhan yang beraneka ragam jenisnya, bahkan beberapa specias langka masih terdapat di sana. Selain Tangerang sebagai Kota Industri dengan karakteristik masyarakatnya yang majemuk dengan gaya hidupnya yang matrialistik, akan sangat membantu bagi masyarakatnya untuk bisa berekreasi diakhir pecan atau menjelang liburan, terutama tempat rekreasi yang alami,

Daftar pustaka

Anonimous, 1999. Aman, Suara Baru Masyarakat Adat Indonesia. Down Tri Earth No..41, 1999.

Cernea, M.M. 1993. The Sociolohist’ s Approach to Sustainable Develovment dalam Making Develovment Sustainable From Consepts to Action, The International Bank for Recontruction and Develovment The Word Bank, Washington D.C. USA.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1998. Mengenal Kawasan Konservasi di Propinsi Jawa Barat, Balai Konservasi Sumber Daya Alam III, Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat I, Bandung 1998.

Heyne. K 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Balitbang Kehutanan, Departemen Kehutanan Republik Indonesia, Jakarta 1987.

Iskandar, Johan, Iskandar, Budiawati. S, 2005. Pengobatan Alternatif ala Baduy, Bandung, Humaniora 2005.

Jatna Supriatna, Edy Hendras Wahyono, 2000. Panduan Lapangan, PRIMATA INDONESIA, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta 2000.

Kelompok Kerja Pemerhati Lingkungan, 2005. Wisata Lingkungan Solear

( Tidak di edarakan ) Tangerang 2005.

Anonimous, 2000. Grolier International, Indonesia Heritage Tetumbuhan, 2000.

Suhardi, dkk. Hutan dan Kebun Sebagai Sumber Pangan Nasional, Kanisius Yogyakarta 2002.

Setiawan Dalimartha, dr. Resep Tumbuhan Obat untuk Reumatik . Penebar Swadaya, Jakarta 2004.